RSS

Me.,

Foto saya
just a little girl with many dreams wanna come true!!!!!!!!

WHO AM I

SEX EDUCATION

Dewasa ini , pemberitaan mengenai sex sedang maraknya. Banyak beredar baik di media elektronik dan cetak seperti Televisi, Radio, Artikel, Majalah, Koran dll yang membahas mengenai sex education ,tapi sebenarnya apakah S.E itu? bahkan masih banyak orang tua yg bingung apa yang dimaksud dengan sex education ?, kenpa begitu penting?, siapa sajakah yg terlibat?, bagaimana cara penerapannya dan kapan di berikannya sex education ini? .
Sex Education mempunyai ruang pembahasan yang luas dan komplek. Sex Education tidak hanya sebatas pada seks dalam arti heterosexsual dan bukan pula semata-mata menyangkut masalah biologis atau fisiologis saja melainkan juga berkaitan dengan psikologi, sosio-kultural, agama dan kesehatan. Melalui artikel ini, mari kita diskusi secara santun, melepaskan ego dan mengendapkan emosi untuk merumuskan kurikulum sex education sebagai sarana pencerahan bagi remaja

WHAT IS S.E  ?

Polemik tentang urgensi ”Sex Education” dimasukkan kedalam kurikulum sekolah, merupakan wacana yang mengemuka akhir-akhir ini, baik dalam forum-forum seminar maupun obrolan ringan saat rehat di ruang kerja. Tidak ada asap bila tidak ada api, wacana ini muncul seiring menggilanya seks bebas di kalangan remaja. Data hasil survei 2008 Kementrian Negara Pemberdayaan Perempuan menunjukkan, sebanyak 63 persen remaja SMP sudah melakukan hubungan seks..Sedangkan 21 persen siswa SMA pernah melakukan aborsi.
Seperti yang kita tahu sex edducation adalah suatu pendidikan mengenai sex.
Kita semua maklum, bila mendengar kata ”Seks” maka yang terbersit dalam benak sebagian besar orang adalah hubungan seks. Sesungguhnya, seks itu artinya jenis kelamin yang membedakan pria dan wanita secara biologis. Seksualitas menyangkut banyak dimensi, diantaranya dimensi biologis, yaitu berkaitan dengan organ reproduksi, cara merawat kebersihan dan kesehatan; dimensi psikologis, dimana seksualitas dikaitkan dengan identitas peran jenis, perasaan terhadap seksualitas dan bagaimana menjalankan fungsinya sebagai makhluk seksual; dimensi sosial, berkaitan dengan bagaimana seksualitas muncul dalam relasi antar manusia serta bagaimana lingkungan berpengaruh dalam pembentukan pandangan mengenai seksualitas dan pilihan perilaku seks; dan dimensi kultural, menunjukkan bahwa perilaku seks itu merupakan bagian dari budaya yang ada di masyarakat.

WHY The S.E  So Important ?

Terlepas dari pro kontra, menurut penulis ”Sex Education” sudah seharusnya diberikan kepada peserta didik yang sudah beranjak remaja, baik melalui pendidikan formal maupun informal. Hal ini penting untuk mencegah ambigunya pendidikan seks maupun pengetahuan tentang kesehatan reproduksi di kalangan remaja. Berdasarkan butir kesepakatan 184 negara termasuk Indonesia yang dicetuskan di Kairo pada tahun 1994, salah satu butir kesepakatannya adalah mengusahakan dan merumuskan perawatan kesehatan seksual dan reproduksi serta menyediakan informasi yang komprehensif termasuk bagi para remaja.
“Berdasarkan sudut pandang psikologis pendidikan seksual sangat diperlukan bagi perkembangan remaja, dengan harapan agar remaja tidak memiliki kesalahan persepsi terhadap seksualitas dan tidak terjebak pada perilaku-perilaku yang kurang bertanggung jawab baik dari segi kesehatan maupun psikologis” jelas Tia Rahmania, M.Psi.
Terdapat dua alasan mengapa ”Sex Education” penulis anggap penting bagi remaja. Pertama adalah saat peserta didik tumbuh menjadi remaja, mereka belum mengerti dengan seks, sebab orang tua masih menganggap bahwa membicarakan mengenai seks adalah hal yang tabu. Sehingga dari ketidakmengertian tersebut para remaja boleh jadi merasa tidak bertanggung jawab atas seks dan kesehatan anatomi reproduksinya. Kedua, dari ketidakmengertian tersebut membawa peserta didik mencari informasi lain yang ditawarkan oleh sebagian orang melalui komoditi yang bersifat pornografi, semisal VCD, majalah, internet, sampai pada tayangan televisi yang sudah mengarah kepada hal yang seperti itu. Dampak dari ketidak fahaman remaja tentang sex education ini, menggiring pada hal-hal negatif , seperti tingginya hubungan seks di luar nikah, kehamilan yang tidak diinginkan, sampai pada penularan penyakit yang menakutkan yaitu HIV. 
Selalu, orang tua yang ditanya tentang seks oleh anaknya, akan merasa canggung. Apalagi kalau si anak sudah memasuki usia remaja. Banyak faktor yang melahirkan kekhawatiran orang tua, seperti apakah penjelasan yang diberikan bisa dimengerti oleh anak, sampai kekhawatiran akan watak remaja yang suka mencoba-coba.

Tapi, alih-alih memberi penjelasan yang membuat anak paham dan puas, orang tua punya kecenderungan ingin lepas dari pertanyaan itu dengan memberi jawaban sekenanya. Kata-kata pamungkasnya adalah: “Nanti kalau kamu sudah besar, kamu akan mengerti.” Tentu saja jawaban itu akan mengembang-biakkan rasa penasaran di hati anak. Kemungkinan terburuknya adalah, si anak mencari jawaban keluar. Dan pencarian ini tidak bisa diawasi oleh orang tua.

Seharusnya pertanyaan-pertanyaan yang menjurus seperti ini harus sudah dipikirkan oleh orang tua. Siap tidak siap, seorang anak akan bertanya tentang seks kepada orang tuanya. Ketidak-sigapan orang tua akan menghasilkan penjelasan yang tidak memuaskan. Sebaliknya, persiapan yang baik dengan mengenal perkembangan seorang anak, punya peluang memberi jawaban yang tepat sesuai umur si anak.

WHO, siapa sajakah yang terlibat dalam pembimbingan S.E ini ?

Sebenarnya , siapa sjakah yang terlibat dalam sex education ini? Orang tuakah ?, gurukah? Atau mungkin Ustad?
Dalam hal ini memang orang tualah yang banyak terlibat, Ada pepatah yang mengatalkan “ orang tua adalah guru yang tebaik” karena pada orang tua lah si anak bertanya mengenai hal yang tidak mereka ketahui dan ingin mereka ketahui.
Kepada siapa lagi mereka bertanya selain pada orang tuanya yang ada di rumah. Oleh sebab itu orang tua harus sudah mempersiapkan diri untuk menghadapi hal seperti ini, harus sudah mempersiapi jawabannya dan mengarahkannya.
Selain itu yang terlibat dalam pembimbingan sex education jika di nilai dari lokasi pendidikan ialah Guru, Dosen, jika di sekolah tersebut sudah di fasilitasi oleh Badan Konseling itu lebih baik.
Jika di perlukan atau orang tua dan guru tidak sanggup menanganinya, bias mengundang ahli psikolog dan dokter ke acara seminar atau temu siswa.

HOW , bagaimana penerapannya ?

Pembimbingan sex education  ini haruslah tepat dan cermat , karena jika tidak akan terjadi hal yang tidak dingiinkan.  Dalam hal ini orang tua yang banyak terlibat, Karena itu utnuk para orang tua harus mempunyai bekal yang matang dan mulai menganggap serius masalah sex education ini.
Tujuan dari diadakannya acara sex education ini dapat memberikan pengetahuan tentang perkembangan seksual dalam bentuk pendidikan seks, berupa pengenalan organ tubuh, cara merawat kesehatan organ tubuh tersebut juga tentang perkembangan fisik dan psikologis yang terjadi pada remaja serta memberikan pemahaman bagi para siswa mengenai pendidikan seksual agar siswa dapat memiliki sikap positif dan perilaku yang bertanggung jawab terhadap kesehatan reproduksinya secara umum. Hal yang paling penting adalah memberi pengetahuan tentang pendidikan seks sehat dan bahaya penyakit menular layaknya HIV AIDS


Di tinjau dari segi Agama

Tujuan pendidikan seks dalam Islam adalah untuk menjaga keselamtan dan kehormatan serta kesucian anak-anak kita di tengah tengah masyarakat. Dengan demikian .baik anak laki-laki maupun perempuan akan terjaga akhlak dan agamanya sampai masing masing memasuki jenjang keluarga dengan bersih dan selamat.

Pola pendidikan seksual dalam islam yang praktis di berikan oleh orang tua kepada anaknya tidaklah melalui metode pembahasan lisan yang menghilangkan rasa malu manusia. Metode pendidikan kenabian yang sejalan dengan fitrah manusia yang malu membicarakan hal-hal yang seronok, karena bedampak menggusur secara bertahap kepekaan terhadap nilai-nilai ahlak yang luhur.
Agama bukannya tidak mengajarkan tentang seks. Pendidikan seks (tarbiyah jinsiyah) ada dalam agama, bahkan dalam kitab suci. Dalam agama Islam, penjelasan tentang haidh sampai tentang aturan berhubungan suami istri tersedia. Jadi sebenarnya agama tidak menutup mata terhadap pendidikan seks.

Karena agama membawa keselamatan, maka tentu saja pendidikan seks yang baik adalah pendidikan seks yang menyelamatkan anak dari kerusakan moral. Dan itu ada pada pendidikan seks yang didasarkan dari agama.

Pendidikan seks pertama kali adalah soal bersuci dari najis. Di sini Islam mengajarkan kepada umatnya untuk membersihkan alat kelamin setiap kali habis membuang hajat. Tentu saja hal ini ada hikmahnya. Penjelasan yang tepat dibutuhkan sesuai dengan perkembangan dan kemampuan nalar si anak.

Kemudian, saat anak memasuki usia akil baligh, ia berhak mendapatkan pengajaran tentang kewajiban-kewajibannya di usianya. Tentu saja ia tidak lagi diajarkan berwudhu’ kalau mau sholat, bahkan ia harus diajarkan untuk mandi wajib apabila mimpi atau setelah haidh. Selain itu, harus dijelaskan pula mengapa ia mendapatkan mimpi basah dan mengapa seorang anak wanita mengalami haidh.

Di usia yang sangat rentan ini, pendidikan seks yang diperlukan bukan cuma pengenalan terhadap alat reproduksinya, tapi juga bagaimana menahan hasrat seksualnya. Ini sangat perlu. Sampai si anak memasuki perkawinan.

Setelah masa perkawinan pun si anak tidak bisa dibiarkan begitu saja. Kalau orang tua sudah menjadi tempat yang teduh untuk bertanya soal seks, setelah pernikahan si anak tidak perlu jauh-jauh mengadukan permasalahan ranjangnya. Dengan basis agama, jawaban-jawaban untuk anak akan tersedia.

Orang tua berkewajiban menyuruh anak-anak putrinya menutup aurat sughranya.  Yaitu seluruh badannya kecuali muka dan telapak tangan.
“ Wahai nabi, katakanlah kepada sitri-istrimu, puti-putrimu, istri-istri orang –orang mukminin, supaya mereka menutupkan baju kurungmereka keseluruh tubuh , demikian itu adalah agar mereka leboh dikenal , supaya mereka tidak diganggu..”( Al Ahzab,  33;ayat 59).
Ayat diatas ditujukan kepada keluarga Nabi saw dan seluruh istri orang orang mukmin. Jelas sekali semakin tinggi kedudukan seseorang dilingkungan masyaratnya , para wanitanya harus lebih mendisiplinkan diri dalam menggunakan pakaian penutup auratnya. Pakaian penutup aurat semacam itulah yang disebut pakaian taqwa..

Surat An Nur ayat 31:
Katakanlah pada wanita-wanita beriman , hendaklah mereka menundukan pandangan mereka dan memelihara kemaluan- kemaluan mereka. Janganlah mereka memperlihatkan perhiasan-perhiasan mereka , kecuali yang tampak. Dan hendaklah mereka menutupkan kerudung mereka pada dada-dada mereka. Dan janganlah memperlihatkan perhiasan mereka, kecuali pada suami-suami mereka…”
Persoalan pakaian pada ayat ini sudah ditegaskan bahsa wanita wajib menutup seluruh badannya , kecuali yang tampak, atau yang biasa terlihat . Pengertian bagian yang biasa terlihat ini tidak dapat kita tafsirkan dengan selera dan kemauan kita sendiri atau mengikuti tradisi lingkungan dan kebudayaan setempat.

Kata aurat berasal dari bahasa Arab, artinya yang tercela kalau tampak. Bila bagian tertentu dari tubuh manusia terbuka dan terlihat orang lain, maka yang bersangkutan merasa malu.
Rasa malu ialah rasa terhina atau di rendahkan  kehormatannya oleh orang lain karena berbuat sesuatu yang kurang baik. Karena itu, bagian  tertentu yang menimbulkan perasaan terhina kalau diketahui orang lain ini oleh agama dinamakan aurat.

WHEN, kapan pendidikan Sex ini di berikan ?

Pendidikan sex sangat penting di berikan kepada anak secara dini, karena dengan begitu orang tua tidak akan sulit untuk menjelaskan hal yang sedikit sensitive ke pada anak karena sudah terbiasa , dan anak akan lebih mengerti jika orang tua dmenjelaskannya tidak terlalu baku serta rumit.
Anak akan tumbuh menjadi remaja, Jika para remaja sudah paham betul tentang pendidikan seks maka dia bisa dipastikan mereka sudah bisa menjaga dirinya dari segala godaan.
Dan jika anak sudah tumbuh besar dan dewasa, akan lebih paham dan mengerti tindakan sex yang baik dan benar. Dan dia juga tahu kapan ia harus melakukan seks.

Sumber :
Okezone.com
http://myquran.com/forum/showthread.php/21428-Kecanggungan-Orang-Tua-Mengenai-Pendidikan-Seks
Majalah GIRLS Gramedia dosen Tia Rahmania, M.Psi dan Haris Herdiansyah, M.Si.


1 komentar:

ekha mengatakan...

masii dalam tahap pembelajaran menulis artikell!!
mohon bantuannya guyss .,!!!

Posting Komentar

hii., nice to see ur comment for me,no SARA , no PORNOGRAFI and absolutely kritik yang membangun ya !!! hiii

Diberdayakan oleh Blogger.
http://www.emocutez.com
Powered By Blogger